Skip to main content

Cara Aman Investasi di Tahun 2013

Informasi Terbaru - Cara Aman Investasi di Tahun 2013. Setelah memasuki tahun 2013, akhi akhir ini banyak sekali penipuan penipuan berkedok investasi. Beragam cara yang ditempuh, mulai berkedok Koperasi, Syariah, Investasi emas dan investasi lainnya, hasilnya orang yang ikut invstasi tersebut yang tetap dirugikan, seringkali pemilik akan kabur membawa uang investasi. Nahh bagaimana cara aman investasi di tahun 2013 ini? Tentu pada awalnya anda harus tahu investasi yang cocok untuk anda, serta tujuan dari investasi bagi anda. Jangan sampai anda terbuai dengan iming iming bunga yang tinggi serta keuntungan yang tinggi. Ada baiknya anda mengetahui beberapa instrumen investasi yang bisa anda pilih. Berikut cara aman investasi di tahun 2013

Cara Aman Investasi

Cara Aman Investasi di Tahun 2013


Investasi sedang maraknya di Indonesia saat ini. Tak hanya investasi sungguhan, bahkan investasi ‘bodong’ pun kian menyeruak.

Direktur Utama PT BNP Paribas Investment Partners Indonesia Vivian Secakusuma mengatakan, investor perlu waspada dan hati-hati dalam berinvestasi baik di pasar saham, reksa dana, maupun obligasi. Untuk mengantisipasi terjebak investasi bodong, Vivian mencoba memberikan tips agar aman berinvestasi.

Vivian menjelaskan, setiap individu memiliki tingkat risiko yang berbeda. Hal itu akan mempengaruhi produk investasi yang cocok untuk investor, seperti profil kebutuhan likuiditas, usia, toleransi atas risiko investasi, profil kebutuhan masa datang, karena profil risiko akan menentukan komposisi aset alokasi suatu portofolio investasi pada suatu periode tertentu.

"Itu perlu direview," kata Vivian saat ditemui di kantornya, di Mayapada Tower, Jakarta, Senin (4/3/13).

Selain itu, investor juga jangan sampai tergiur dengan iming-iming bunga yang tinggi karena tidak ada investasi mana pun yang menjanjikan keuntungan 100%. Track record alias rekam jejak perusahaan juga perlu ditelusuri.

“Lihat profil perusahaan, jangan tergoda bunga tinggi, bunga ditentukan oleh likuiditas. Jadi baiknya pilih yang wajar,” ujarnya.

Setelah itu kita juga perlu melihat macam-macam instrumen investasi untuk mengetahui resiko dalam berinvestasi karena setiap investasi memiliki tingkat risiko berbeda-beda tergantung produk yang dipilih.

Investasi yang memiliki resiko paling kecil, yakni deposito. Deposito dianggap aman karena tidak terpengaruh dengan inflasi. Rata-rata bunga deposito berada di kisaran 6% per tahun.

“Deposito boleh dikatakan hampir tidak memiliki risiko karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar maksimal Rp 2 miliar, Semakin kecil likuiditas suatu bank maka bunga yang ditawarkan dalam deposito semakin besar dan sebaliknya,” terangnya.

Instrumen kedua yakni Obligasi. Investasi di instrumen ini memiliki dua pilihan yaitu obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah dinilai minim risiko gagal bayar (default) karena risiko likuiditas dari obligasi tersebut ditanggung pemerintah, sementara pemerintah tidak mungkin mengalami krisis atau bangkrut.

“Apalagi ekonomi Indonesia sedang bagus-bagusnya,” kata dia.

Sementara untuk obligasi korporasi, investor perlu tahu kondisi perusahaan penerbit surat utang dengan melihat peringkat obligasi yang diterbitkan.

“Perlu dilihat ratingnya dan likuiditasnya agar tidak terjadi gagal bayar,” katanya.

Untuk instrumen selanjutnya yaitu reksa dana. Investasi jenis ini dinilainya merupakan investasi jangka panjang, mengingat acuannya ada di pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Saran saya jika berinvestasi di reksa dana ada baiknya jika sudah mendapat untung, ambil keuntungannya saja. Jumlah pokok investasi jangan ditarik. Sebab pergerakan IHSG berfluktuatif. Jika indeks mulai naik lagi dan terus naik, ambil lagi," ungkapnya.
(sumber: detik.com)