>3 Cara Menghindari Pembobolan Rekening Bank | Pasca kasus pembobolan rekening nasabah Citibank, berarti telah menambah rentetan panjang pembobolan yang dilakukan oleh karyawan Bank sendiri. Tercatat BNI, Bank Mandiri, dan terakhir Citibank, merupakan nama Bank yang pernah di bobol oleh orang dalam alias karyawan. Apa yang seharusnya kita lakukan sebagai nasabah untuk menghindari rekening Bank di bobol oleh karyawan Bank atau orang Dalam? Berikut tips dan cara menghindari Pembobolan rekening Bank
[Baca juga: modus pembobolan yang dilakukan Melinda Dee sebesar 17 M, Harta Melinda Dee yang disita Polisi, Foto Sexy Melinda Dee si pembobol 17 M]
Kasus pembobolan dana nasabah sebesar Rp17 miliar di Citibank oleh karyawannya harus jadi pelajaran. Pengamat perbankan David Sumual memaparkan tiga tips menghindari pembobolan.
Pertama, nasabah jangan mudah percaya kepada siapapun terkait transaksi meski sudah kenal lama.
Menurut David, dalam kasus pembobolan dana nasabah Rp17 miliar di Citibank, belum diumumkan secara detil modus operandinya oleh kepolisian. Tapi, paling tidak, tersangka pembobolan bank MD (47) merupakan senior relationship manager (RM). Dialah yang diberikan kepercayaan meng-handle semua transaksi nasabah.
Karena itu, MD kenal dekat dengan nasabahnya. Saking percayanya, nasabah pun mempercayakan semua transaksi ke MD. Padahal, SOP seharusnya tidak begitu. Nasabah memberikan semua data ke RM termasuk nomor rekening, pasword dan user id.
Karena sudah kenal lama, percaya dan selama ini pun berjalan baik, nasabah menyerahkan data ke RM. “Setelah trust, seharusnya diikuti oleh SOP yang benar. Karena itu, nasabah, jangan sepenuhnya percaya terhadap RM,” paparnya.
Kedua, nasabah harus memastikan bahwa transaksi terkonfirmasi oleh auditor yang mengontrol risiko transaksi.
Artinya, menurut David, transaksi tidak hanya diserahkan kepada bagian bisnis seperti MD, tapi juga harus diikuti oleh kontrol dari sisi risiko (internal risk) dan audit (internal auditor) sehingga satu transaksi tidak diberikan hanya ke 1 orang saja. “Jika tidak, bagian bisnis cenderung manipulatif dan menyalahgunakan jabatannya,” imbuhnya.
Dalam kasus MD sebagai RM melayani priority banking atau nasabah utama (customer prime) dengan dana yang sangat besar. Nasabah jenis ini, biasanya sudah malas mengurusi transfer, sehingga menyerahkan ke satu orang yang menangani semua kegiatan transaksi yang berkaitan dengan bank atau investasi. “Karena itu, MD bisa membobol hingga Rp17 miliar bahkan lebih besar dari itu,” tandas David. Jangan sepenuhnya percaya terhadap RM.
Ketiga, nasabah harus memastikan transaksi berjalan sesuai prosedur.
Menurut David, nasabah harus memastikan keseluruhan transaksi berjalan sebagaimana mestinya. Terutama, manajemen risiko dari sisi internal risk dan internal audit-nya. “Dalam kasus MD, pembobolan bekerja sama dengan teller-nya. Apalagi, RM diperuntukkan untuk nasabah spesial,” imbuhnya.
Seperti diberitakan, seorang wanita berinisial MD (47) pegawai Citibank Indonesia jadi tersangka pembobolan dana nasabah bank di tempatnya bekerja. Yang bersangkutan memanipulasi data kemudian memindahkan rekening orang ke rekeningnya sendiri. Alhasil, banyak nasabah yang jadi korban. (ekonomi.inilah.com)
[Baca juga: modus pembobolan yang dilakukan Melinda Dee sebesar 17 M, Harta Melinda Dee yang disita Polisi, Foto Sexy Melinda Dee si pembobol 17 M]
Kasus pembobolan dana nasabah sebesar Rp17 miliar di Citibank oleh karyawannya harus jadi pelajaran. Pengamat perbankan David Sumual memaparkan tiga tips menghindari pembobolan.
Pertama, nasabah jangan mudah percaya kepada siapapun terkait transaksi meski sudah kenal lama.
Menurut David, dalam kasus pembobolan dana nasabah Rp17 miliar di Citibank, belum diumumkan secara detil modus operandinya oleh kepolisian. Tapi, paling tidak, tersangka pembobolan bank MD (47) merupakan senior relationship manager (RM). Dialah yang diberikan kepercayaan meng-handle semua transaksi nasabah.
Karena itu, MD kenal dekat dengan nasabahnya. Saking percayanya, nasabah pun mempercayakan semua transaksi ke MD. Padahal, SOP seharusnya tidak begitu. Nasabah memberikan semua data ke RM termasuk nomor rekening, pasword dan user id.
Karena sudah kenal lama, percaya dan selama ini pun berjalan baik, nasabah menyerahkan data ke RM. “Setelah trust, seharusnya diikuti oleh SOP yang benar. Karena itu, nasabah, jangan sepenuhnya percaya terhadap RM,” paparnya.
Kedua, nasabah harus memastikan bahwa transaksi terkonfirmasi oleh auditor yang mengontrol risiko transaksi.
Artinya, menurut David, transaksi tidak hanya diserahkan kepada bagian bisnis seperti MD, tapi juga harus diikuti oleh kontrol dari sisi risiko (internal risk) dan audit (internal auditor) sehingga satu transaksi tidak diberikan hanya ke 1 orang saja. “Jika tidak, bagian bisnis cenderung manipulatif dan menyalahgunakan jabatannya,” imbuhnya.
Dalam kasus MD sebagai RM melayani priority banking atau nasabah utama (customer prime) dengan dana yang sangat besar. Nasabah jenis ini, biasanya sudah malas mengurusi transfer, sehingga menyerahkan ke satu orang yang menangani semua kegiatan transaksi yang berkaitan dengan bank atau investasi. “Karena itu, MD bisa membobol hingga Rp17 miliar bahkan lebih besar dari itu,” tandas David. Jangan sepenuhnya percaya terhadap RM.
Ketiga, nasabah harus memastikan transaksi berjalan sesuai prosedur.
Menurut David, nasabah harus memastikan keseluruhan transaksi berjalan sebagaimana mestinya. Terutama, manajemen risiko dari sisi internal risk dan internal audit-nya. “Dalam kasus MD, pembobolan bekerja sama dengan teller-nya. Apalagi, RM diperuntukkan untuk nasabah spesial,” imbuhnya.
Seperti diberitakan, seorang wanita berinisial MD (47) pegawai Citibank Indonesia jadi tersangka pembobolan dana nasabah bank di tempatnya bekerja. Yang bersangkutan memanipulasi data kemudian memindahkan rekening orang ke rekeningnya sendiri. Alhasil, banyak nasabah yang jadi korban. (ekonomi.inilah.com)